Kamis, 23 Mei 2013

Cowplague Boyz Community (A Group of KOPLAK Pupils)



Bagi semua yang merasa KOPLAK, buka blog ini ya http://cowplague.blogspot.com/
Cowplague Boyz Community (CBC) pronounce: /koplakboiskomuniti/
adalah organisasi yang terdiri dari Pembina, Divisi, dan Subdivisi







Pembina: Arief Khoiruddin
Divisi: Muhamad Hanif, Septirio Agung Dwi Ferdinal, Gilang Fajar Wijayanto dan Haqqul Fajri Hasibuang
Masing-masing divisi memiliki sub-divisi, diantaranya:
  1. Hanif’s Angel: Febriani Fitria Rahmawati, Thalia Maudina, Puti Handayani Gunawan
  2. Rio’s Devil: Ridha Amalia, Dela Rizki Anggilia, Fera Aulia
  3. Haqqul’s Fairy: Chika Mutiara Putry Santoso, Ulya Unjia Filayati, Dwi Priwandhani
  4. Gilang’s Guardian: Wilcha Anatasya Veronica, Fauziah Zulfa dan Cici Cahyati
Kami terbentuk secara tidak sengaja. Info lebih lengkap, buka saja blognya

SHORT MOVIE PROJECT JOURNAL (Day 3)


SHORT MOVIE PROJECT JOURNAL

Selasa, 5 Februari 2013
            Awalnya, Hilmy dan aku ada jadwal untuk kumpul Keluarga (Kelompok Student Project) untuk membicarakan questionnaire. Kebetulan, Hilmy dan aku satu kelompok juga. Kami pun stand by di pendopo (tempat favorit kami) dan mengajak Mas Arief. Ternyata, Keluarga tidak ada yang datang sama sekali.
            Hilmy, Mas Arief, dan aku pun melanjutkan diskusi yang kemarin belum terselesaikan. Kami masih belum mendapatkan ide untuk menjadikan alur ceritanya menjadi cerita yang utuh. Akhirnya, kami berusaha memancing inspirasi dengan menonton cuplikan-cuplikan film yang kami kira twistnya menarik. Hilmy meminta banyak film dariku. Mas Arief direkomendasikan Hilmy untuk menonton Sunny. Kami bertiga menemukan twist yang menarik dalam You are the Apple of My Eye. Sebelumnya, kami sudah mengetahui bahwa twist itu sebenarnya bukan mengubah akhir cerita menjadi tak disangka. Tapi, twist itu mengalihkan perhatian penonton dengan tambahan-tambahan yang disisipkan sejalur dengan cerita.
            Di dalam film You are the Apple of My Eye disinggung sedikit mengenai dimensi paralel. Di film tersebut disebutkan bahwa dimensi paralel adalah dimensi di mana diri kita yang lain berada di tempat lain dan melakukan hal yang berbeda dari yang kita lakukan sekarang.
Menurut pemahaman Hilmy, yang sebelumnya ia dapat dari acara kartun, dimensi paralel terjadi ketika ada banyak probabilitas dalam hidup. Jadi, kita hidup penuh dengan pilihan. Ketika kita memilih pilihan 1, ada juga pilihan 2. Seandainya ada 1a dan 1b, 2a dan 2b, dan kita memilih 1a. Maka, apabila diri kita ada pada 2b atau 2a, kita sudah menembus dimensi paralel. Kemungkinan yang terjadi namun tidak kita alami karena kita sudah memilih pilihan yang lain. Awalnya aku sedikit bingung. Namun, setelah Hilmy menerangkannya dengan mengibaratkan kita baru lahir, aku mengerti. Sebenarnya, aku juga bingung menjelaskannya dengan kata-kata seperti ini. Hilmy menjelaskan padaku dengan bagan di bawah ini. 



Setelah Hilmy menjelaskan hal tersebut, jujur saja, aku baru mengerti apa yang dimaksud dengan dimensi paralel secara gambaran. Setidaknya aku dapat membayangkan apa yang dimaksud dimensi paralel.
Masalah kami saat itu adalah mendapatkan masalah. Maksudnya, kami membutuhkan sebuah rangkaian masalah untuk tokoh yang kami buat. Tentu saja kami juga memikirkan apa yang akan terjadi di balik layar apabila kami memilih suatu masalah. Kami coba untuk memprediksi probabilitas yang akan muncul nantinya.
Setelah lewat jam 9, aku kembali ke kamar dan mendapati teman-teman kamarku sudah bersiap untuk pergi tidur. Saat itu, sejenak aku berpikir untuk menanyakan mereka semacam questionnaire. Ya, questionnaire. Ekspektasiku di sini adalah mendapat ide untuk mendapatkan masalah yang tepat. Akhirnya aku berniat untuk menanyakan kepada orang-orang hal apa yang bisa membuat kalian sangat terpuruk dan merasa ingin bunuh diri. Mungkin agak konyol karena tidak semua orang pernah mengalami hal ini. Hal yang sering terjadi namun tidak begitu disadari, yakni keputusasaan.
Akhirnya pertanyaan itu mulai kulontarkan pada dirku sendiri, lalu setelah itu kutanyakan pada teman sekamarku. Lumayan menginspirasi.
Menurut opiniku, keputusasaan ini memiliki level atau tingkatan yang berbeda-beda. Kalau diibaratkan sebagai penyakit kanker, mungkin ada stadium 1 sampai 4. Ukuran keputusasaan ini tidak dapat dihitung kuantitasnya hanya saja terlihat jelas. Banyaknya rasa putus asa dalam diri individu berbanding lurus dengan banyaknya masalah yang ada. Namun ada lagi faktor tingkat 2, yaitu tingkatan masalah. Karena tingkatan masalah itu berbeda-beda, ya, katakanlah masalah berat dan masalah ringan, sangat sulit untuk menentukan kapan keputusasaan akan muncul dan berkembang.
Ada juga yang pernah bilang bahwa keputusasaan muncul dengan dipengaruhi faktor iman. Ya, walau sesungguhnya manusia tidak bisa mengukur iman. Entah bagaimana orang yang lebih beriman itu. Logikanya, orang yang memiliki iman lebih kuat terposisikan di tempat yang jauh dari keputusasaan. Jika keputusasaan itu terlanjur menghampirinya, maka ia akan tetap merasa tenang karena ia duduk lebih dekat dengan Tuhan.
Baiklah, ini hanya pemikiranku saat itu.

SHORT MOVIE PROJECT JOURNAL (Day 2)

 SHORT MOVIE PROJECT JOURNAL

Senin, 4 Februari 2013
            Hari ini ada pelajaran Fisika. Kebetulan, guru Fisikaku adalah Mr. Suta. Sebelum pelajaran dimulai, aku mengatakan hal yang sama dengan pesan yang sebelumnya aku kirim untuk antisipasi kalau-kalau pesanku tidak sampai. Mr. Suta pun berhendak untuk bertemu dengan kami sepulang sekolah.
            Aku mendapat informasi bahwa kru yang mengikuti harus 3 orang. Sedangkan kami hanya berdua. Akhirnya, pada pelajaran Bahasa Inggris, aku dan Hilmy mencoba untuk mencari satu orang lagi untuk berpartisipasi. Ketika itu, aku dan Hilmy sedang duduk bersampingan di kelas. Tiba-tiba dari arah pintu, datanglah Mas Arief (panggilannya) yang pada akhirnya duduk di sebelah Hilmy. Aku dan Hilmy seolah-olah memiliki pikiran yang sama untuk merekrut Mas Arief. Sekejap kami berpandangan lalu berdiskusi dengan berbisik beranggapan bahwa orang lain tak akan tahu apa yang sedang kami bicarakan. Kami agak canggung untuk menawari Mas Arief karena kami takut Mas Arief keberatan.
            Hilmy  : Mas, Mas. Itu, hmm, dipanggil Thalia katanya.
            Arief    : (memandang ke arahku)
Thalia  : Eh, nggak, nggak. (diam sejenak) Mas, mas (memanggil Mas Arief). Hilmy mau ngomong tuh.
Hilmy  : Eh. (setelah beberapa detik kemudian) Mas. Jadi gini. (Hilmy berbicara agak berbisik)
Arief   : Boleh.
            Tanpa disangka Mas Arief menerima tawaran tersebut dengan mudahnya. Aku memberitahu mereka bahwa pulang sekolah nanti Mr. Suta ingin bertemu.
            Sepulang sekolah, sekitar pukul 4 (setelah kami mendapat jam tambahan untuk pelajaran Media, Art and Design), kami bergegas ke Baksa (ruang guru di sekolah kami) untuk menemui Mr. Suta. Di sana kami mendapati Mr. Suta di bangkunya. Tampaknya, Mas Arief memiliki urusan lain dengan housenya dan malah menemui Ms Imelda sebagai house advisor. Aku dan Hilmy langsung masuk dan menghampiri meja Mr. Suta yang memang tak jauh dari pintu. Mr. Suta memberi kami print-an dari peraturan-peraturan dan tata cara pendaftaran lomba tersebut. Kami harus mempelajari hard copy tersebut.
            Sekeluarnya dari Baksa, kami sesegera mungkin langsung membicarakan dan mempelajari kertas 2 lembar A4 itu. Kami mencari tempat yang tepat, yang tidak terlalu ramai. Kami dapatkan Beringin Hall. Di sana kami berdiskusi sampai pukul setengah 6. Kami berencana untuk melanjutkan diskusinya malam hari.
            Malamnya, kami berkumpul. Hanya saja awalnya hanya Hilmy dan aku saja karena Mas Arief itu sangat sibuk. Dia anak AS level, lalu President of Student Council, ditambah ini itu dan sebagainya. Setelah berkumpul, kami mencoba untuk mencari ide, tentang alur cerita dan sifat tokoh yang akan dipakai nantinya.
            Tema yang dilombakan adalah The Second Chance to Rise. Karenanya, kami harus mencari permasalahan atau biasa disebut klimaks yang terdapat pada ceritanya. Sorenya, kami sudah membuat alur yang akan ditampilkan pada filmnya. Kami memilih untuk menaruh klimaks di awal, lalu flashback dan kembali memunculkan klimaks beserta ending.

Rencana alur cerita film pendek



 Coretan Hilmy ketika menentukan jalan cerita


 Gambaran ketika menentukan watak tokoh



Kami juga sudah menentukan watak tokoh dan namanya. Wataknya emosional dan jadi senang menyendiri. Itu adalah ide awal kami. Mungkin nanti akan berubah. Kami berpikiran untuk memberi nama Amanita. Nama Amanita ini muncul ketika kami belajar Biologi tentang nama-nama latin. Jadi, Amanita ini adalah sebuah genus yang beracun. Mungkin dapat diasumsikan bahwa tokoh Amanita ini sosok yang bersifat negatif.



SHORT MOVIE PROJECT JOURNAL (Day 1)


SHORT MOVIE PROJECT JOURNAL

Minggu, 3 Februari 2013
            Jujur, aku lupa saat itu apa yang sedang aku lakukan. Yang jelas saat itu ada aku dan Hilmy di depan Announcement Board. Seingatku, kami datang dari arah kantin Djavu. Saat itu kami membicarakan poster-poster lomba yang ada di sana. Sampai pada akhirnya aku tertarik dengan Sonic Linguistic: Short Movie Competition yang diadakan MAN Insan Cendekia Serpong. Sebenarnya sebelumnya aku sudah berniat untuk mengikuti lomba tersebut. Hanya saja aku tidak punya teman yang ingin mengikutinya juga.
Thalia  : Mi, ikutan ini, yuk! (sambil menunjuk ke arah tulisan Short Movie)
Hilmy  : (terlihat seperti ingin mengikuti lomba lain) Hmm, ayo.
Thalia  : Eh, beneran.
Hilmy  : Iya, bener, ya. Seriusan?
Thalia  : Serius.
            Ya, kira-kira seperti itu lah percakapannya.
Hilmy menceritakan bahwa dulu dia mengikuti tes masuk MAN IC, tapi tidak lolos. Begitu juga aku. Lalu, Hilmy juga menceritakan bahwa ibunya dulu adalah pengajar di sana. Namun, karena ibunya saat itu sedang mengandung Hilmy dan seharusnya dipindah kerjakan ke luar Jawa, ibu Hilmy tidak lagi bekerja di situ.
Sampai setelah kejadian singkat tersebut, aku langsung berusaha mencari informasi tentang lomba itu. Kalau ini benar-benar serius, besok pun akan langsung aku tanyakan ke Mr. Suta selaku yang bertanggung jawab dengan lomba-lomba.
Malamnya, aku mengirim pesan kepada Mr. Suta, dan bilang bahwa aku dan Hilmy berminat untuk mengikuti lomba tersebut.